AsuhanKebidanan Pada Ibu Bersalin Dalam dokumen Asuhan Kebidanan Berkelanjutan pada Ny.A. H. B di Puskesmas Tarus Kecamatan Kupang Tengah Periode 18 Februari 2019 s/d 18 Mei 2019 (Halaman 36-41) BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Memberikan asuhan pada ibu bersalin kala IV a. Fisiologi kala IV Kala IV adalah kala pengawasan dari 1 – 2 jam setelah bayi dan plasentalahir. Hal – hal yang perlu diperhatikan adalah kontraksi uterus sampai uterus kembali dalam bentuk normal. Hal ini dapat dilakukan dengan rangsangan taktil masase untuk merangsang uterus berkontraksi baik dan kuat. Perlu juga dipastikan bahwa plasenta telah lahir lengkap dan tidak ada yang tersisa dalam uterus serta benar-benar dijamin tidak terjadi perdarahan lanjut Sumarah, 2008. Perdarahan pasca persalinan adalah suatu keadian mendadak dan tidak dapat diramalkan yang merupakan penyebab kematian ibu d seluruh dunia. Sebab yang paling umum dari perdarahan pasca persalinan dini yang berat terjadi dalam 24 jam setelah melahirkan adalah atonia uteri kegagalan rahim untuk berkontraksi sebagaimana mestinya setelah melahirkan . Plasenta yang tertinggal, vagina atau mulut rahim yang terkoyak dan uterus yang turun atau inversi juga merupakan sebab dari perdarahan pasca persalinan. b. Diagnose kala IV 2 jam pertama setelah persalinan merupakan waktu yang kritis bagi ibu dan bayi. Keduanya baru saja mengalami perubahan fisik yang luar biasa. Ibu melahirkan bayi dari perutnya dan bayi menyesuaikan diri dari dalam perut ke dunia luar. Tenaga kesehatan harus tinggal bersama ibu dan bayi untuk memastikan bahwa keduanya dalam kondisi yang stabil dan mengambil tindakan yang teat untuk melakukan stabilisasi. Penanganan kala IV Periksa fundus setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 20 – 30 menit selama jam kedua. Jika kontraksi tidak kuat masase uterus sampai menjadi keras. Apabila uterus berkontraksi, otot uterus akan menjepit pembuluh darah untuk menghentikan perdarahan. Hal ini dapat mengurangi kehilangan darah mencegah dan perdarahan pasca persalinan. Periksa tekanan darah, nadi, akndung kemih dan perdarahan selama 15 menit pada jam pertama dan setiap 30 menit pada jam kedua. Anjurkan ibu untuk minum untuk mencegah dehidrasi. Tawarkan ibu makanan dan minuman yang di sukai ibu Bersihkan perineum ibu dan kenakan pakaian ibu yang bersih dan kering Biarkan bayi berada pada ibu untuk meningkatkan hubungan ibu dan bayi. Sebagai permulaan dengan menyusui bayinya. Bayi sangat siap setelah kelahiran. Hal ini sangat tepat untuk memberikan ASI kepada bayi. Menyusui juga membantu uterus berkontraksi Jika ibu kekamar mandi ibu dibolehkan bangun dan pastikan ibu dibantu karena masih dalam keadaan lemah atau pusing setelah persalinan. Pastikan ibu sudah buang air kecil setelah 3 jam pascca persalinan. Ajari ibu atau anggota keluarga tentang – Bagaimana memeriksa fundus dan menimbulkan kontraksi – Tanda – tanda bahaya bagi ibu dan bayi c. Evaluasi uterus, konsistensi dan atonia. Setelah kelahiran plasenta periksa kelengkapan dari plasenta dan selaput ketuban. Jika masih ada sisa plasenta dan selaput ketuban yang tertinggal dalam uterus akan mengganggu kontraksi uterus sehingga menyebabkan perdarahan. Jika dalam waktu 15 menit uterus tidak berkontraksi dengan baik, maka akan terjadi atonia uteri. Oleh karena itu, diperlukan tindakan rangsangan taktil massase fundus uteri dan bila perlu dilakukan kompresi bimanual agar tidak menjadi lembek dan mampu berkontraksi dengan kuat. Perlu diperhatikan bahwa kontraksi uterus mutlak diperlukan untuk mencegah terjadinya perdarahan dan pengembalian uterus kebentuk normal. Untuk itu evaluasi terhadap uterus pasca pengeluaran plasenta sangat penting untuk diperhatikan. Kalau dengan usaha ini uterus tidak mau berkontraksi dengan baik dapat diberikan oksitosin dan harus diawasi sekurang-kurangnya selama satu jam sambil mengamati terjadinya perdarahan post partum. Setelah kelahiran plasenta uterus dapat diraba ditengah-tengah abdomen ± 2/3 atau 3/4 antar simfisis pubis dan umbilicus. Jika uterus berada ditengah atau diatas umbilicus menandakan adanya darah dan bekuan darah dalam uterus. Jika uterus berada diatas umbilicus dan begeser pada umumnya kesebelah kanan menandakan bahwa kandung kemih dalam keadaan penuh. Faktor- faktor yang pertimbangan adanya atonia uterus adalah Konsistensi uterus. Uterus harus berkontraksi efektif teraba padat dan keras. Tanda-tanda bahwa kontraksi uterus dalam keadaan baik adalah konsistensi keras, bila konsistensi lunak harus dilakukan massase uterus untuk memperkuat kontraksi. Potensial untuk relaksasi uterus – Riwayat atonia uterus pada kehamilan sebelumnya – Status ibu sebagai grandmultipara – Distensi berlebihan pada uterus misalnya pada kehamilan kembar, polihidramion, atau makrosomia – Induksi atau argumentasi persalinan – Persalinan memanjang Kelengkapan plasenta dan membran pada saat inspeksi, bukti kemungkinan pragmen plasenta atau membran tertingla di dalam uterus d. Pemantauan dan evaluasi lanjut Tanda – tanda vital Pemantauan tekanan darah ibu, nadi, dan pernafasan dimulai segera setelah plasenta dan dilanjutkan setiap 15 menit sampai tanda-tanda vital stabil pada level sebelum persalinan. Suhu diukur paling tidak sekali selama periode. Tekanan darah normal 100 x/ menit terjadi masalah. Masalah yang timbul kemungkinan adalah demam atau perdarahan. Suhu > 380 C identifikasi masalah . Kemungkinan terjadi dehidrasi ataupun infeksi. Suhu ibu dicek paling sedikit satu kali selama kala IV. Jika suhu meningkat pantau lebih sering namun kenaikan suhu kurang dari 200F dari batas normal merupakan hal normal. Suhu tubuh yang normal adalah 380C, bidan harus mengumpulkan data-data lain untuk memungkinkan identifikasi masalah. Suhu yang tinggi tersebut mungkin disebabkan oleh dehidrasi karena persalinan yang lama dan tidak cukup minum atau ada infeksi. Bila suhu dan denyut nadi tidak normal, maka pernapasan akan mengikutinya. Pernapasan normal, teratur, cukup dalam frekuensi 18x/m. Fungsi pulmonal kembali ke status sebelum hamil setelam 6 bulan post partum. Kontraksi uterus Pemantauan adanya kontraksi uterus sangatlah penting dalam asuhan kala IV persalinan dan perlu evaluasi lanjut setelah plasenta lahir yang berguna untuk memantau terjadinya perdarahan. Kalau kontraksi uterus baik dan kuat kemungkinan terjadinya perdarahan sangat kecil. Pasca melahirkan perlu dilakukan pengamatan secara seksama mengenai ada tidaknya kontraksi uterus yang diketahui dengan meraba bagian perut ibu serta perlu diamati apakah tinggi fundus uterus telah turun dari pusat, karena saat kelahiran tinggi fundus uterus telah berada 1 – 2 jari dibawah pusat dan terletak agak sebelah kanan sampai akhirnya hilang dihari ke – 10 kelahiran. Kandung kemih Pada saat setelah plasenta keluar kandung kencing harus kosong agar uterus dapat berkontraksi dengan kuat. Hal ini berguna untuk menghambat terjadinya perdarahan lanjut yang berakibat fatal bagi ibu. Jika kandung kemih penuh maka bantu ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya dan ibu dianjurkan untuk selalu mengosongkannya jika diperlukan. Ingatkan kemungkinan keinginan berkemih berbeda setelah dia melahirkan bayinya. Jika ibu tidak dapat berkemih bantu dengan menyiramkan air bersih dan hangat pada perineumnya atau masukkan jari-jari ibu kedalam air hangat untuk merangsang keinginan berkemih secara spontan. Kalau upaya tersebut tidak berhasil dan ibu tidak dapat berkemih secara spontan maka perlu dipalpasi dan melakukan kateterisasi secara aseptik dengan memasukkan kateter Nelaton DTT atau steril untuk mengosongkan kandung kemih ibu setelah kosong segera lakukan masase pada fundus untuk menmbantu uterus berkontraksi dengan baik. Perineum Terjadinya laserasi atau robekan perineum dan vagina dapat diklarifikasikan berdasarkan luas robekan. Robekan perineum hampir terjadi pada semua persalinan pertama juga padapersalinan berikutnya. Hal ini dapat dihindari atau dikurangi dengan cara menjaga jangan sampai dasar panggul dilalui oleh kepala janin dengan cepat. Sebaliknya kepala janin akan lahir jangan ditekan terlalu kuat dan lama. Apabila hanya kulit perineum dan mukosa vagina yang robek dinamakan robekan perineum tingkat satu. Pada robekan tingkat dua dinding belakang vagina dan jaringan ikat yang menghubungkan otot-otot diafragma urogenetalis pada garis tengah terluka. Sedang pada tingkat tiga atau robekan total muskulus sfingter ani ekstrium ikut terputus dan kadang-kadang dinding depan rektum ikut robek. Jarang sekali terjadi robekan yang mulai pada dinding belakang vagina diatas introitus vagina dan anak dilahirkan melalui robekan itu sedangkan perineum sebelah depan tetap utuh robekan perineum sentral . Pada persalinan sulit disamping robekan perineum yang dapat dilihat, dapat pula terjadi kerusakan dan keregangan muskulus puborektalis kanan dan kiri serta hubungannya di garis tengah. Robekan perineum yang melebihi robekan tingkat satu harus dijahit. Hal ini dapat dilakukan sebelum plasenta lahir tetapi apabila ada kemungkinan plasenta harus dikeluarkan secara manual lebih baik tindakan itu ditunda sampai plasenta lahir. Perlu diperhatikan bahwa setelah melahirkan kandung kemih ibu harus dalam keadaan kosong. Hal ini untuk membantu uterus agar berkontraksi dengan kuat dan normal dan kalau perlu untuk mengosongkan kandung kemih perlu dilakukan dengan kateterisasi aseptik. Evaluasi berkelanjutan untuk edema, memar dan pembentukan hematoma yang mungkin dilakukan pada setiap pengecekan aliran lokia. Hal ini termasuk pengamatan area perineum untuk mendeteksi hemoroid. Lokhea Melalui proses katabolisme jaringan berat uterus dengan cepat menurun pada saat kelahiran sekitar 1000 gr menjadi sekitar 50 gr pada saat 30 minggu masa nifas. Serviks juga kahilangan elastisitasnya dan menjadi kaku seperti sebelum kehamilan. Macam – macam lokhea 1. Lokhia rubra Merupakan darah segar bercampur sisa-sisa selaput janin sel-sel deciduas dan chorion, verniks kaseosa, mungkin juga rambut lanugo dan mekonium. Terjadi selama 2 hari pasca persalinan. 2. Lokia sanguinolenta Lokia yang berisi darah bercampur lendir. Berlangsung setelah hari ke-3 hingga ke-7 pasca persalinan. 3. Lokhia serosa Lokhia tidak berdarah, warnanya agak pucat. Terjadi pada setelah seminggu pasca persalinan. 4. Lokhia alba Cairan putih kekuningan, berwarna putih karena banyak terdapat leukosit didalamnya. Terjadi setelah 2 minggu pasca persalinan. 5. Locheostasis jika lochea tidak lancar keluarnya. e. Perkiraan darah yang hilang Perkiraan darah yang hilang sangat penting untuk keselamatan ibu namun untuk menentukan banyaknya darah yang hilang sangatlah sulit karena sering kali bercampur cairan ketuban atau urin dan mungkin terserap kain, handuk atau sarung. Sulitnya menilai kehilangan darah secara akurat melalui perhitungan jumlah sarung karena ukuran sarung bermacam-macam dan mungkin telah diganti jika terkena sedikit darah atau basah oleh darah. Mengumpulkan darah dengan wadah atau pispot yang diletakkan dibawah bokong ibu bukanlah cara yang efektif untuk mengukur kehilangan dan bukan cerminan asuhan sayang ibu karena berbaring diatas wadah atau pispot sangat tidak nyaman dan menyulitkan ibu untuk memegang dan menyusui bayinya. Cara yang baik untuk memperkirakan kehilangan darah adalah dengan menyiapkan botol 500 ml yang digunakan untuk menampung darah dan dinilai berapa botol darah yang telah digunakan. Kalau setengah berarti 250 ml dan kalau 2 botol sama dengan 1 liter. Dan ini merupakan salah satu cara untuk menilai kondisi ibu. Cara tak langsung untuk mengukur jumlah kehilangan darah adalah melalui penampakan gejala dan tekanan darah. Kalau menyebabkan lemas, pusing dan kesadaran menurun serta tekanan darah sistolik turun lebih dari 10 mmHg dari kondisi sebelumnya maka telah terjadi perdarahan lebih dari 500 ml. Kalau ibu mengalami syok hipovolemik maka ibu telah kahilangan darah 50% dari total darah ibu 2000-2500 ml. Perdarahan pasca persalinan sangat penting untuk diperhatikan karena sangat berhubungan erat dengan kondisi kesehatan ibu. Akibat banyaknya darah yang hilang dapat menyebabkan kematian ibu. Perdarahan terjadi karena kontraksi uterus yang tidak kuat dan baik sehingga tidak mampu menjepit pembuluh darah yang ada disekitarnya akibatnya perdarahan tak dapat berhenti. Perdarahan juga dapat disebabkan karena adanya robekan perineum, serviks bahkan vagina dan untuk menghentikan perdarahannya maka harus dilakukan penjahitan. B. Pemantauan selama kala IV a. Keadaan umum dan kesadaran Sebagian besar kejadian kesakitan dan kematian ibu yang disebabkan oleh perdarahan pasca persalinan terjadi selama 4 jam pertama setelah kelahiran bayi. Karena alasan ini sangatlah penting untuk memantau ibu secara ketat segera setelah persalinan. Jika tanda – tanda vital dan kontraksi uterus masih dalam batas normal selama 2 jam pertama pasca persalinan, mungkin ibu tidak akan mengalami pendarahan pasca persalinan. Selama 2 jam pertama pasca persalinan 1. Pantau tekanan darah, nadi, tinggi fundus, kandung kemih dan darah yang keluar selama 15 menit selama 1 jam pertama dan setiap 30 menit selama 1 jam kedua. 2. Masase uterus untuk membuat kontraski uterus menjadi baik setiap 15 menit selama 1 jam pertama dan setiap 30 menit selama jam kedua 3. Pantau temperature tubuh setiap jam 4. Nilai perdarahan, periksa perineum dan vagina setiap 15 menit pertama dan setiap 30 menit selama jam kedua 5. Ajarkan pada ibu dan keluarga bagaimana menilai kontraksi uterus dan jumlah darah yang keluar dan bagaimana melakukan masase jika uterus menjadi lembek 6. Minta anggota keluarga untuk memeluk bayi. Bersihkan dan bantu ibu mengenakan pakaian atau sarung bersih dan ekring kemudian atur posisi ibu agar nyaman. Jaga agar bayi diselimuti dengan baik berikan bayi kepada ibu untuk disusukan 7. Lakukan asuhan esensial bagi bayi baru lahir. Jangan gunakan kain pembalut perut selama 2 jam pertama pasca persalinan atau hingga kondisi ibu mulai stabil. Kain pembalu perut menyulitkan penolong untuk menilai kontraksi uterus . jika kandung kemih penuh bantu ibu untuk mengosongkannya. b. Tanda – tanda vital Pemantauan tanda – tanda vital pada persalinan kala IV antara lain 1. Kontraksi uterus harus baik 2. Tidak ada perdarahan dari vagina atau alat genitalia lainnya. 3. Kandung kencing harus kosong. 4. Plasenta dan selaput ketuban harus lahir lengkap. 5. Luka-luka pada perineum harus terawat dengan baik dan tidak terjadi hematoma. 6. Bayi dalam keadaan baik. 7. Ibu dalam keadaan baik. Pemantauan tekanan darah pada ibu pasca persalinan digunakan untuk memastikan bahwa ibu tidak mengalami syok akibat banyak mengeluarkan darah. Adapun gejala syok yang diperhatikan antara lain nadi cepat, lemah 110 kali/menit atau lebih , tekanan rendah sistolik kurang dari 90 mmHg pucat, berkeringat atau dingin, kulit lembab, nafas cepat lebih dari 30 kali/menit , cemas, kesadaran menurun atau tidak sadar serta produksi urin sedikit sehingga produksi urin menjadi pekat dan suhu yang tinggi perlu diwaspadai juga kemungkinan terjadinya infeksi dan perlu penanganan lebih lanjut. c. Tonus uterus dan TFU Pemantauan adanya kontraksi uterus sangatlah penting dalam asuhan persalinan kala IV dan perlu evaluasi lanjut setelah placenta lahir yang berguna untuk memantau terjadinya perdarahan. Kalau kontraksi uterus baik dan kuat kemungkinan terjadinya perdarahan sangat kecil. Pasca melahirkan perlu dilakukan pengamatan secara seksama mengenai ada atau tidaknya kontraksi uterus yang diketahui dengan meraba bagian perut, karena saat kelahiran tinggi fundus akan berada 1 – 2 jari dibawah pusat dan terletak agak sebelah kanan sampai akhirnya hilang. d. Kandung kemih Yakinkan bahwa kandung kencing kosong. Hal ini untuk membantu involusio uteri. Jika kandung kemih penuh maka bantu ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya dan ibu dianjurkan untuk selalu mengosongkannya jika diperlukan Jika ibu tidak dapat berkemih bantu dengan menyiramkan air bersih dan hangat pada perineumnya atau masukkan jari-jari ibu kedalam air hangat untuk merangsang keinginan berkemih secara spontan. Kalau upaya tersebut tidak berhasil dan ibu tidak dapat berkemih secara spontan maka perlu dipalpasi dan melakukan kateterisasi secara aseptik dengan memasukkan kateter Nelaton DTT atau steril untuk mengosongkan kandung kemih ibu setelah kosong segera lakukan masase pada fundus untuk menmbantu uterus berkontraksi dengan baik. e. Perdarahan atau hematoma Jumlah perdarahan vagina harus minimal jika rahim dikontraksi dengan baik. Jika kontraksi buruk maka perdarahan akan cenderung sedang, dan banyak yang menyebabkan perdarahan yang berlebihan. Amati perineum setiap peningkatan perdarahan atau pengeluaran bekuan darah ketika dilakukan masase uterus. Perdarahan yang normal setelah kelahiran selama 6 jam pertama mungkin hanya akan sebanyak satu pembalut perempuan per jam atau seperti darah haid yang banyak. Jika perdarahan lebih banyak dari in, ibu hendaknya diperiksa lebih sering dan penyebab-penyebab perdarahan berat harus diidentifikasi. Apakah ada laserasi pada vagina atau serviks apakah uterus berkontraksi dengan baik apakah kandung kencingnya kosong. 1. Perdarahan akibat laserasi jalan lahir Inspeksi cermat jalan lahir Bila terjadi rupture uteri dilakukan histerektomi Jika terjadi laserasi servik maka penjahitan dengan menggunakan forcep cincin Laserasi perineum Satu cara untuk menilai kehilangan darah adalah melihat volume darah yang terkumpul dan memperkirakan berapa banyak botol 500 ml yang menampung semua darah tersebut. Jika darah bisa mengisi dua botol, ibut telah kehilangan satu l liter darah. Jika hanya setengah botol, ibu kehilangan 250 ml darah. Memperkirakan kehilangan darah adalah salah satu cara menilai kondisi ibu 2. Hematoma Hematoma adalah sekelompok sel darah yang telah mengalami ekstravasasi. Biasanya menggumpal, baik didalam organ, interstitium, jaringan dan otak. Trauma adalah penyebab paling umum dari hematoma ketika orang berfikir tentang trauma. Umumnya mereka berfikir tentang kecelakaan mobil, jatuh, luka kepala, patah tulang dan luka tembakan. Hematoma yang berbahaya adalah yang terjadi didalam tengkorak. Karena tengkorak adalah kotak yang tertutup, segala yang mengambil ruang meningkatkan tekanan didalam otak dan berpotensi mengganggu kemampuan otak untuk berfungsi.
Padaasuhan kebidanan untuk akseptor KB, penulis melakukan penatalaksanaan pada Ny "L" sebagaimana untuk akseptor lama KB suntik 3 bulan, karena tidak ditemukan masalah ibu diberi KIE efek samping normal KB suntik 3 bulan, tanda bahaya Kb suntik 3 bulan dan kunjungan ulang.
Tujuan Pembelajaran 1. Mahasiswa dapat menjelaskan pemantauan kemajuan persalinan, kesejahteraan ibu dan janin pada kala 1 dengan tepat 2. Mahasiswa dapat menjelaskan persiapan persalinan dengan tepat 3. Mahasiswa dapat menjelaskan tanda bahaya kala 1 dengan tepat.
AsuhanKebidanan pada Ibu Bersalin Dalam dokumen ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY "N" DENGAN KEHAMILAN NORMAL (KELUHAN PUSING) DI PBM MINARTI, Amd. Keb DESA TRAWASAN KECAMATAN SUMOBITO JOMBANG LAPORAN TUGAS AKHIR - ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY "N" DENGAN KEHAMILAN NORMAL (KELUHAN PUSING) D (Halaman 126-133)
Tujuan Pembelajaran 1. Mahasiswa dapat menjelaskan asuhan sayang ibu pada kala 2 persalinan dengan benar 2. Mahasiswa dapat menjelaskan posisi meneran kala 2 dengan benar 3. Mahasiswa dapat menjelaskan asuhan kala 2 persalinan dengan tepat.
0730 110 / 80 36,60 C 3 jari dibwh post partum Baik Kosong ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN G2P1A0 DENGAN PERSALINAN SUNGSANG DI BIDAN PRAKTEK MANDIRI "Hj.SITI SUSILAWATI,SKM" MARTAPURA PEMBIMBING: EKA HANDAYANI, S.ST DISUSUN OLEH: ENDAH PUTRI PRATIWI NIM: 722406S11338 YAYASAN KARYA HUSADA MANDIRI AKADEMI KEBIDANAN BANJARBARU 2013
Menurut definisi WHO kematian maternal ialah kematian seorang wanita waktu hamil atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan atau sebab apapun, terlepas dari tuanya kehamilan dan tindakan yang dilakukan untuk mengakhiri kehamilan Sarwono, 2005. Tingginya kasus kesakitan dan kematian ibu di Negara berkembang terutama disebabkan oleh perdarahan pasca persalinan, eklampsia, sepsis, komplikasi, keguguran, terlalu sering melahirkan atau banyak mempunyai anak Depkes RI, 2003. Penyebab utama kesakitan dan kematian ibu tersebut sebenarnya dapat dicegah dengan pemeriksaan kehamilan Antenatal care/ ANC yang memadai GOI dan UNICEF, 2000. Salah satu sasaran yang ditetapkan untuk tahun 2015 adalah menurunkan angka kematian ibu menjadi 102 per kelahiran hidup dan angka kematian bayi menjadi 15 per kelahiran hidup Saifuddin, 2006. Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia SDKI tahun 2007 menyebutkan Angka Kematian Ibu AKI sebesar 228/ kelahiran hidup sedangkan Angka Kematian Bayi AKB sebesar 43/ kelahiran hidup, dimana angka tersebut masih tinggi jika dibandingkan dengan AKB di negara ASEAN lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa pelayanan kesehatan ibu dan anak sangat mendesak untuk ditingkatkan termasuk untuk mencegah terjadinya wabah penyakit yang dapat mengakibatkan kematian. Masalah kesehatan ibu di Indonesia merupakan masalah kesehatan masyarakat yang perlu mendapatkan perhatian utama karena mempunyai dampak berat terhadap kualitas generasi yang akan datang.
TopPDF ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY "D" DENGAN KEHAMILAN NORMAL MASALAH BENGKAK PADA KAKI DI PMB SRI INDAH WAHYUNINGSIH Amd. "D" setelah melahirkan adalah suntik 3 bulan karena kontrasepsi ini cocok untuk ibu menyusui, tingkat efektivitasnya tinggi, efek sampingnya juga sedikit dengan keuntungan yang banyak. Hal ini sesuai
Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup bulan, disusul dengan pengeluaran placenta dan selaput janin dari tubuh ibu. Sulaiman Sastrawinata, 1983. Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi janin turi yang dapat hidup didunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau jalan lain. Rustam Muchtar, 1998. Intranatal / Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi janin dan plasenta yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina keduni luar. Persalinan normal adalah suatu proses dimana janin cukup bulan,dengan presentasi belakang kepala, masuk melalui jalan lahir sesuai dengan kurva partopgraf normal dan lahir secara spontan. Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi janin dan placenta yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain dengan bantuan atau tanpa bantuan kekuatan sendiri. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan 37-42 minggu, lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin. Bentuk persalinan menurut cara persalinannya a Persalinan spontan persalinan yang berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri melalui jalan lahir b Persalinan buatan persalinan yang dibantu dengan tenaga dari luar misalnya ekstraksi dengan forcep atau tindakan operasi c Persalinan anjuran persalinan terjadi bila bayi sudah cukup besar untuk hidup diluar, tetapi tidak sedemikian besarnya sehingga menimbulkan kesulitan dalam persalinan dengan pemberian proyein atau prostatglandin sulaiman sastrawinata, 1993 Bentuk persalinan menurut usia tua kehamilan a Abortus ïƒ Pengeluaran buah kehamilan sebelum kehamilan 22 mg atau bayi dengan berat badan kurang dari 500 g. b Partus imaturus ïƒ Pengeluaran buah kehamilan antara 22 mg dan 28 mg atau bayi dengan berat badan antara 500 g dan 999 g.
1 Menjelaskan konsep dasar asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan 2. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan 3. Menjelaskan proses adaptasi fisiologi dan psikologi dalam masa persalinan 4. Menyebutkan kebutuhan dasar ibu dalam proses persalinan 5. Menjelaskan asuhan persalinan kala I 6. Menjelaskan asuhan ibu bersalin
ABSTRACT MIDWIFERY CARE ON NORMAL LABOR TO MRS. "S" GIVP30003 39TH WEEKS AGE OF PREGNANCY WITH ACTIVE PHASE IN FIRST STAGE BY COUNTER PRESSURE MASSAGE IN CLINICAL PRACTICE OF HJ. TUTIK RIF'ATUN NI’MAH, SST, Psi KEBOAN VILLAGE, NGUSIKAN DISTRICT JOMBANG 2015 Name Nurul Jannatul Wahidah NIM 7212079 Main of Supervisor Ninik Azizah, Assistant of Supervisor Helmy Annuchasary, SKM. Maternal Mortality Rate MMR is one of the indicators to see the magnitude of women health status. In BPM Rif'atun Ni'mah, SST, their were 146 mothers in labor, and 13% 19 people of it were brought to the hospital. The main cause is prolonged labor with amount 5 people as a result of maternal anxiety on their pain. So based on research done by Ida Maryati, et al the author would like to give a comfortness by doing Midwifery Care on Normal Labor to GIVP3A0 39th Weeks Age of Pregnancy With Active Phase in First Stage by Counter Pressure Massage in Clinical Practice of Rif’atun Ni’mah, SST, Keboan Village, Ngusikan District Jombang 2015. Methods of obtaining this paper are by increasing the literature and case studies that follow the standard of midwifery care. Standard of midwifery care are started from the assessment, that’s subjective and objective assessment, diagnose and problem, intervention, implementation, evaluation, and reporting the midwifery care to give the comfortless of labor woman. The results of midwifery care that has been done shows that maternal with the active phase in first stage which has a pretty high pain scale can relax , no stress, and pain scale is reduced when given massage to her by counter pressure when she had her contraction . It can be concluded that by providing a counter pressure massage and midwifery care comprehensive can provide comfort and relax to the maternal. Keywords AKI, Counter Pressure, Pain Scale, Comprehensive Care
htvUOpN. 26kvksu3vu.pages.dev/32726kvksu3vu.pages.dev/14926kvksu3vu.pages.dev/4226kvksu3vu.pages.dev/13626kvksu3vu.pages.dev/34926kvksu3vu.pages.dev/5426kvksu3vu.pages.dev/51826kvksu3vu.pages.dev/443
asuhan kebidanan pada ibu bersalin kala 1 2 3 4