Satu macam jamu bisa terbuat dari campuran 5-10 macam tanaman, bahkan mungkin lebih. Setiap bagian tanaman mulai dari akar, batang, daun, kulit, buah, dan bijinya bisa dimanfaatkan untuk menghasilkan jamu. Ambil contoh yang paling umum adalah jamu kunyit asam. Jamu kunyit asam diyakini dapat membantu meredakan nyeri haid sebab kunyit mengandung kurkumin yang mengurangi produksi hormon prostaglandin penyebab kejang otot pada rahim. Selain itu, jamu ini juga cukup sering digunakan sebagai obat pegal-pegal dan ramuan penghilang bau badan. Contoh jamu umum lainnya adalah jamu beras kencur dan jamu temulawak. Jamu beras kencur diolah dari campuran beras, kencur, asam jawa, serta gula merah sering digunakan sebagai penambah stamina dan nafsu makan. Jamu beras kencur juga dapat mengatasi masalah pencernaan, sesak napas, pilek, hingga sakit kepala. Sementara itu, jamu temulawak juga berpotensi untuk mengobati masalah osteoarthritis. Berdasarkan Ketentuan Kepala BPOM, jamu tidak memerlukan pembuktian ilmiah sampai uji klinis di laboratorium. Sebuah ramuan tradisional bisa dikatakan jamu apabila keamanan dan khasiatnya telah terbukti berdasarkan pengalaman langsung pada manusia selama ratusan tahun. 2. Obat herbal terstandar OHT Obat herbal terstandar OHT adalah obat tradisional yang terbuat dari ekstrak atau sari bahan alam dapat berupa tanaman obat, sari binatang, maupun mineral. Berbeda dengan jamu yang biasanya dibuat dengan cara direbus, cara pembuatan OHT sudah menggunakan teknologi maju dan terstandar. Produsen OHT harus memastikan bahwa bahan-bahan baku yang digunakan dan prosedur ekstraksinya sudah sesuai standar BPOM. Tenaga kerjanya pun harus memiliki keterampilan dan pengetahuan mumpuni tentang cara membuat ekstrak. Selain itu, produk OHT juga harus melalui uji praklinis di laboratorium untuk menguji efektivitas, keamanan, dan toksisitas obat sebelum diperjualbelikan. Sebuah produk obat tradisional komersil resmi tergolong OHT jika mencantumkan logo dan tulisan âOBAT HERBAL TERSTANDARâ berupa lingkaran berisi jari-jari daun 3 pasang dan ditempatkan pada bagian atas kiri dari wadah, pembungkus, atau brosurnya. Contoh produk OHT di Indonesia adalah Kiranti, Antangin, dan Tolak Angin. 3. Fitofarmaka Sama seperti OHT, produk fitofarmaka terbuat dari ekstrak atau sari bahan alam berupa tanaman, sari binatang, maupun mineral. Bedanya, fitofarmaka adalah jenis obat bahan alam yang efektivitas dan keamanannya sudah dapat disejajarkan dengan obat modern. Proses produksinya sama-sama berteknologi maju dan sudah terstandar seperti OHT, tapi produk fitofarmaka harus melewati satu lagi tahan proses pengujian tambahan. Setelah melalui proses uji praklinis, produk OBA fitofarmaka harus menjalani uji klinis langsung pada manusia guna menjamin keamanannya. Sebuah produk obat tradisional boleh dipasarkan ke masyarakat jika sudah melewati uji praklinis dan klinis. Produk fitofarmaka juga harus mencantumkan logo dan tulisan âFITOFARMAKAâ berupa lingkaran berisi jari-jari daun membentuk bintang dan ditempatkan pada bagian atas kiri dari wadah, pembungkus, atau brosurnya. Tips aman mengonsumsi obat tradisional Agar bisa meraup manfaatnya seoptimal mungkin, Anda harus lebih cermat dalam memilah-milih produk obat yang akan dibeli. Melansir Lembaran Edukasi Obat dan Pangan dari BPOM, setiap obat tradisional wajib mencantumkan penandaan label yang benar, meliputi Nama Produk Nama dan alamat produsen/importir Nomor pendaftaran/nomor izin edar BPOM Nomor Bets/kode produksi Tanggal Kedaluwarsa Netto Komposisi Peringatan/Perhatian Cara penyimpanan Kegunaan dan cara penggunaan dalam Bahasa Indonesia. Bukan hanya itu. Patuhi juga beberapa aturan berikut ini untuk menjamin obat yang Anda gunakan aman dikonsumsi Hanya gunakan produk yang sudah memiliki nomor pendaftaran dari BPOM. Selalu periksa tanggal kedaluwarsa sebelum mengonsumsi OT. Selalu baca aturan pakai sebelum mengonsumsi OT. Sebaiknya hindari penggunaan obat tradisional bersamaan dengan obat kimia dari resep dokter. Jika muncul efek samping yang terbilang cepat setelah minum OT, kemungkinan ada penambahan bahan kimia dalam obat tersebut yang dilarang penggunaannya. Perhatikan bagian informasi âperingatanâ atau âperhatianâ yang tertera di label kemasan produk, kemudian sesuaikan efek samping penggunaan obat tersebut dengan kondisi kesehatan Anda. Sebuah produk OT yang baik juga tidak boleh mengandung bahan kimia obat BKO, alkohol lebih dari 1% kecuali dalam bentuk tertentu dan harus diencerkan dulu, narkotika & psikotropika, serta bahan lain yang dapat membahayakan kesehatan. Nah demi menjamin keamanan produk obat yang Anda gunakan, Anda bisa memastikannya langsung dengan mengecek laman Badan POM Pada kolom âDaftar Produkâ, pilih âProduk Public Warningâ dan cari tahu obat tradisional apa saja yang mengandung bahan kimia berbahaya. Seberapa aman penggunaan obat tradisional? Banyak orang yang percaya keampuhan penyembuhan obat ini dengan berbagai alasan. Ada yang mengaku berhasil sembuh atau setidaknya mengalami perbaikan kondisi kesehatan usai menggunakan OT, diyakini lebih alami, tidak menimbulkan efek samping, atau karena mendapat saran dari orang telah berhasil sembuh berkat OT, dikutip dari BMC Complementary and Alternative Medicine. Pada dasarnya, obat tradisional memang tergolong aman untuk dikonsumsi selama Anda tidak memiliki alergi terhadap bahan-bahannya dan dalam batas dosis aman. Hanya saja, Anda dianjurkan untuk selalu waspada dan berhati-hati dalam memilah-milah obat tradisional mana yang sekiranya asli dan aman untuk dikonsumsi, serta mana yang meragukan. Pasalnya, tidak sekali dua kali BPOM menemukan OT ilegal yang tersebar luas di berbagai daerah di Indonesia. Penny K. Lukito, selaku Kepala BPOM, menuturkan bahwa penggunaaan OT ilegal sangat membahayakan kesehatan karena mengandung sejumlah bahan kimia. Penggunaan obat haruslah dengan resep dan pengawasan dokter, atau setidaknya obat yang Anda konsumsi tersebut telah terjamin penggunaannya. Sementara OT ilegal ini tidak dapat dipastikan keamanannya, bahkan dijual bebas tanpa izin edar resmi dari BPOM. Otomatis, OT ilegal berpotensi membahayakan kesehatan masyarakat.
KupasTuntas tentang 2 Penyakit Kesehatan Mental yang Diderita Marilyn Monroe. Jurnalis mengambil foto lukisan "Shot Sage Blue Marilyn" karya Andy Warhol selama pratinjau pers di New York, Senin (21/3/2022). Rumah lelang Christie menyatakan akan melelang lukisan potret Marilyn Monroe yang dibuat Warhol pada 1964 tersebut pada Mei mendatang diSetiap penyakit pasti ada obatnya. Rasulullah SAW mengajarkan umatnya untuk berobat bila sedang sakit. Berbagai cara dilakukan dan ditempuh untuk mengobati penyakit yang yang berobat ke dokter, bahkan tak sedikit pula yang melakukan pengobatan secara tradisional. Sebagai agama yang sempurna, Islam telah mengatur adab berobat bagi seorang Muslim. Lalu bagaimanakah jika terdapat pengobatan yang melenceng dari aturan islam? Pengobatan apa saja yang dilarang dalam Dengan BabiâDiharamkan bagimu memakan bangkai, darah, daging babi, daging hewan yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan diharamkan bagimu yang disembelih untuk berhala. Al Maidah 3âAyat ini menunjukan bahwa babi secara dzatnya adalah najis dan seluruh badanya adalah najis, sedangkan setiap yang najis adalah haram serta harus di babi ia lebih hina daripada anjing. Akan tetapi anjing dan babi keduanya adalah hewan yang statusnya najis mughaladhah sehingga wajib untuk mencucinya tujuh kali, salah satunya dengan tanah. Bila anjing diperbolehkan untuk keperluan berburu atau menjaga ladang maka babi tidak dipebolehkan memeliharanya sama sekali karena seluruh badanya adalah najis, oleh kerena itu Allah mengharamkan untuk memakan Qaidah ushul fiqih dikatakan setiap yang haram untuk mengambilnya maka haram pula untuk memberikanya. Dan setiap yang haram untuk memakainya maka haram pula untuk Dengan BangkaiBangkai adalah setiap yang hilang nyawanya tanpa di sembelih secara syarâI baik ia mati karena mati dengan sendirinya tanpa sebab anak adam atau karena perbuatan manusia, jika hal itu disebabkan karna di sembelih dengan cara yang tidak di perbolehkan maka semua itu adalah bangkai. Allah âTiadalah Aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaku, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah yang mengalir atau daging babi â Karena Sesungguhnya semua itu kotor â atau binatang yang disembelih atas nama selain Allah. barangsiapa yang dalam keadaan terpaksa, sedang dia tidak menginginkannya dan tidak pula melampaui batas, Maka Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pengampun lagi Maha penyayangâ.Al Anâam 145Pengobatan Dengan KhamrKhamr adalah nama untuk setiap air dari anggur apabila telah mendidih dan mengental serta buihnya mulai menghilang, demikinlah yang dikatakan oleh Abu Hanifah. Sedangkan menurut Abu Yusuf dan Muhamad, ia adalah air anggur yang telah mendidih dan mengental, terkadang ia berubah menjadi Hanifiyah, Malikiyah dan Hanabilah berpendapat tidak diperbolehkanya meminum khamr untuk di jadikan sebagai obat. Baik kahmr itu masih murni atau sudah di madzhab syafiâI yang juga mejadi pegangan imam At thabari bahwa diperbolehkanya berobat dengan khamr apabila memenuhi tiga syarat berdasarkan riset khamr tersebut lebih sedikit dengan ukuran tidak sampai memabukan dan tidak menghilangkan akal. Sehingga tidak di perbolehkan berobat dengan sesuatu yang lebih besar dari pada keterangan dokter muslim karena selai muslim tidak di terima kesaksianya dalam hal sesuatu yang dapat menghilangkan akal selain minuman atau ganja maka tidak ada tidak ada hak bagi orang yang mengkonsumsinya. Sedangkan Imam Al Ghazali mengatakan orang yang wajib untuk di taâzir dan di asingkan tanpa harus di Dengan SihirSihir secara bahasa adalah setiap yang lembut caranya tapi mengena. Sedangkan secara istilah Imam As sangkiti mengtakan bahwa ia tidak bisa di batasi karna banyaknya cara yang di lakukan secara berfirman mengenai haramnya berobat dengan sihir Sulaiman itu mengerjakan sihir, padahal Sulaiman tidak kafir tidak mengerjakan sihir, hanya syaitan-syaitan lah yang kafir mengerjakan sihir. Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan sesuatu kepada seorangpun sebelum mengatakan âSesungguhnya kami hanya cobaan bagimu, sebab itu janganlah kamu kafirâ.Rasulullah juga bersabda â Barangsiapa yang mendatangi tukang ramal atau tukang sihir atau dukun kemudian ia menanyakan tentang sesuatu, lalu ia membenarkan apa yang ia katakan maka ia telah kafir dengan apa yang di turunkan kepada muhamad â. HR Al Baihaqi dan Al Bazzar dengan sanad jayyid.Maka barangsiapa yang melakukan sihir dalam berobat maka hal ini menunjukan bahwa ia meminta bantuan kepada jin, dan mempraktekan ilmu-ilmu Dengan Menggunakan BiusMenggunakan obat yang dapat menghilangkan kesadaran untuk sementara waktu dalam pengobatan luka atau bedah di perbolehkan, karena hilangnya kesadaran dalam keadaan ini tidak sama dengan seorang yang hilang akal karena mabuk. Tapi ia masuk dalam keadaan darurat dan darurat bertingkat dengan kadar Anggota Salah Satu Anggota Tubuh Untuk Menambal Anggota Tubuh Yang LainDalam madzhab syafii, Abu Ishaq As sirazi mengatakan jika orang yang sudah tedesak terpaska memotong bagian dari tubuhnya sendiri baik bagian paha atau lainya untuk di makan maka hal ini diharamkan tanpa adanya perselisihan. Namun menurut Abu Ali At thabari dan pendapat ini di sahkan oleh Ar rafiâI, di perbolehkan untuk melakukan hal itu dengan syarat tidak di dapat selain dapat kita fahami bahwa bagi orang yang sudah dalam keadaan darurat ia diperbolehkan untuk memotong anggota tubuhnya untuk di makan jika di khawatikan apabila ia tidak melakukanya ia akan mati. Dari ini pula bisa kita fahami akan bolehnya mencangkok bagian tubuhnya yang tidak membahayakanya untuk menambal bagian yang Juga Obat Hati Dalam Islam
Ginseng Obat tradisional diabetes kering selanjutnya adalah ginseng. Tanaman ini memang dipercaya memiliki banyak khasiat. Menurut penelitian dari Universitas Toronto, tanaman ginseng memang ampuh untuk mengobati penyakit diabetes, dimana tanaman ini mampu untuk mengontrol gula darah dalam tubuh penderita diabetes.
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Obat adalah zat yang diambil untuk menyembuhkan atau mencegah penyakit. Biasanya obat diminum secara oral dan dalam bentuk tablet atau cairan. Dalam dunia kedokteran modern saat ini juga dikenal sebagai jenis obat yang membantu orang pulih pada tingkat yang lebih cepat daripada hanya menunggu sistem kekebalan tubuh masuk. Tapi sebelum pengobatan modern tercipta juga ada cara lain yang biasa digunakan orang untuk menyembuhkan dirinya sendiri. mereka jatuh sakit Hari ini mereka menyebutnya obat tradisional yang juga dikenal sebagai obat asli atau obat tradisional untuk pengetahuan saya adalah zat yang diambil dari tumbuh-tumbuhan dan tanaman hijau atau kadang-kadang bahkan makhluk mungil. Mereka tidak diproses secara kimiawi sehingga nilai zat yang dimilikinya tidak berubah dan tidak bereaksi negatif terhadap nilai obat yang modern di pihak lain pada dasarnya hampir sama dengan pengobatan alternatif obat tradisional namun obat modern dibuat dan diproses secara kimiawi. Ini benar-benar mengobati orang yang terinfeksi langsung dan mereka sembuh dalam hitungan jam atau kadang-kadang berhari-hari, namun 'obat' obat terlarang ini memiliki efek samping yang tidak dapat dibicarakan siapa pun dan dapat menyebabkan banyak kerugian bagi tubuh kita. Menurut pendapat saya, satu-satunya waktu yang harus kita pertimbangkan untuk pengobatan modern adalah ketika situasi mengancam hidup seperti ketika Anda mengalami kecelakaan dan tulang Anda terkilir atau hal seperti itu lebih baik bertahan pada pengobatan alternatif seperti yang dilakukan. Memiliki racun yang merusak jaringan tubuh kita. Obat tradisional adalah obat yang diturunkan dari generasi ke generasi. Ini juga bisa dibuat di rumah, kapanpun saya mendapat cerobongnya, nenek saya akan pergi ke kebun dan memetik beberapa ramuan herbal, mencucinya dan mencampurnya dengan air panas untuk mengekstrak esensi, rasanya sangat mengerikan tapi kemudian dia akan mencampurnya dengan alami. Sayang sehingga akan mengurangi kepahitan. Penelitian juga telah menemukan bahwa makanan pahit yang kita konsumsi sebenarnya sangat bermanfaat bagi tubuh kita karena membunuh parasit yang hidup di tubuh uji coba dan uji klinis semuanya telah membantu membuktikan bahwa pengobatan modern membantu semua orang di mana lagi obat tradisional hanya bekerja pada beberapa orang, namun yang belum ada di internet adalah, yaitu berbagai metode tradisional untuk mengobati penyakit tunggal tidak seperti pengobatan modern. . Selalu ada pro dan kontra untuk segala hal kecuali beberapa hal tradisional juga jauh lebih murah daripada obat modern karena Anda bisa membuatnya di halaman belakang rumah, tapi ada beberapa yang mungkin harus Anda beli yang sama luasnya dengan pengobatan modern. Bagian terbaik dari pengobatan tradisional bukanlah harga tapi cara kerjanya, ini mengatasi akar penyebab penyakit tidak hanya gejala dan juga membantu membangun sistem kekebalan tubuh yang tidak seperti obat modern yang hanya menyembuhkan gejala dan memberi efek samping. sebagai sakit kepala yang membuat Anda mendapat 'obat' lain untuk pendapat saya, saya benar-benar merasa bahwa obat tradisional sama baiknya atau bahkan jauh lebih baik daripada pengobatan modern. Saya merasa bahwa alasan bahwa hal itu tidak dikenali adalah karena tidak menghasilkan banyak keuntungan seperti yang dilakukan oleh obat modern. Dengan bantuan pengalaman saya sendiri tentang obat modern dan tradisional, saya memilih untuk tetap berpegang pada pengobatan tradisional karena tidak hanya itu lebih murah tapi juga melakukan pekerjaan itu, tidak membuat tubuh saya mengeluarkan efek samping dan juga bagian dari keluarga saya. Lihat Healthy Selengkapnya Sistemkami menemukan 25 jawaban utk pertanyaan TTS orang yang pekerjaannya mengobati secara tradisional. Kami mengumpulkan soal dan jawaban dari TTS (Teka Teki Silang) populer yang biasa muncul di koran Kompas, Jawa Pos, koran Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Sosiologi Kesehatan âPengobatan Tradisional sebagai Pengobatan Alternatif di Indonesiaâ Muhamad Bagus Rinaldi 1706053330 Sosiologi Kesehatan DEPARTEMEN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPOK 2019 Abstract Traditional medicine is an alternative in choosing treatments related to health problems. Traditional medicine in Indonesia is not a strange thing because it is a legacy from ancestors that has been preserved and preserved, one of the traditional treatments that is common for Indonesian people is Jamu. Traditional medicine that developed began to be known as Complementary Alternative Medicine CAM related to body and mind medicine, such as meditation, yoga, or acupuncture and manipulative body which includes spinal manipulation and massage therapy. This paper reviews the literature review relating to traditional medicine by using the Descriptive or Mapping Reviews method which attempts to link several literature studies into a complete piece of writing that completes it. The results of this paper are divided into three parts, namely traditional medicine as an alternative treatment, traditional medicine in Indonesia, and perception of treatment. Traditional medicine that has increasingly developed must coexist with conventional medicine to be able to complement each other. Keywords Traditional Medicine, Traditional Medicine, Complementary Alternative Medicie CAM Abstrak Pengobatan tradisional menjadi sebuah alternatif dalam memilih pengobatan terkait dengan masalah kesehatan. Pengobatan tradisional di Indonesia bukanlah suatu hal yang asing karena merupakan warisan dari leluhur yang sudah dijaga dan dilestarikan, salah satu pengobatan tradisional yang umum untuk masyarakat Indonesia adalah Jamu. Pengobatan tradisional yang berkembang mulai dikenal sebagai Complementary Alternative Medicine CAM terkait dengan body and mind medicine, seperti meditasi, yoga, ataupun akupuntur dan manipulative body yang mencakup spinal manipulation serta massage therapy. Tulisan ini mengulas mengenai tinjauan literatur yang berkaitan dengan pengobatan tradisional dengan menggunakan metode Descriptive or Mapping Reviews yang mencoba untuk mengaitkan beberapa studi literatur menjadi suatu tulisan utuh yang melengkapinya. Hasil dari tulisan ini dibagi menjadi tiga bagian yaitu pengobatan tradisional sebagai alternatif pengobatan, pengobatan tradisional di Indonesia, dan persepsi terhadap pengobatan. Pengobatan tradisional yang sudah semakin berkembang harus berdampingan dengan pengobatan konvensional untuk dapat saling melengkapi. Kata Kunci Pengobatan Tradisional, Obat Tradisional, Complementary Alternative Medicie CAM I. Latar Belakang Keberagaman hayati yang sangat kaya menjadikan Indonesia dikenal sebagai negara dengan megabiodiversity terbesar kedua setelah Brazil Ersam, 2004. Hal ini yang lantas menjadikan Indonesia memiliki banyak sekali tumbuhan yang dapat dijadikan sebagai ramuan obat untuk mengatasi masalah kesehatan. Terdapat lebih dari jenis tanaman obat yang hanya beberapa sudah dimanfaatkan untuk dijadikan sebagai bahan pengobatan Hariana, 2005. Kurang dikembangkannya tumbuhan yang dapat dijadikan sebagai pengobatan menjadikan sulitnya pelestarian pengobatan tradisional di Indonesia Rosita et al, 2007. Namun terlepas dari hal tesebut pengobatan tradisional sudah ada sejak awal, sebelum digantikan oleh pengobatan yang bersifat konvensional dan merupakan warisan dari nenek moyang atau leluhur yang masih terus dilestarikan dan dipertahankan oleh beberapa suku di Indonesia. Pengobatan tradisional identik dengan bahan-bahan yang bersifat alami yang didapatkan dari tumbuh-tumbuhan yang kemudian diolah dan menjadi obat tradisional yang dapat digunakan sebagai cara penyembuhan. World Health Organization WHO mendefinisikan pengobatan tradisional sebagai praktik dalam bidang kesehatan yang berkaitan dengan pendekatan, pengetahuan, maupun keyakinan yang menggunakan bahan-bahan alami dari tumbuhan, hewan, maupun bahan mineral yang diterapkan melalui terapi spiritual ataupun teknik dan latihan secara manual yang dilakukan secara tunggal atau bersamaan untuk mengobati, mendiagnosis, mencegah penyakit, seta mempertahankan kesejahteraan WHO, 2016. Meskipun pengobatan tradisional mulai tergantikan oleh pengobatan konvensial tidak menjadikan pengobatan tradisional hilang begitu saja, bahkan pengobatan tradisional masih menjadi trend yang digemari oleh masyarakat, khusunya masyarakat kelas menengah bawah yang menjadikan pengobatan tradisional sebagai alternatif dalam mengakses pengobatan Komalasari et al, 2017. Di Indonesia pengobatan tradisional menjadi alternatif bagi banyak orang, tercatat melalui Data Riset Kesehatan Dasar Riskesdas tahun 2013 yang menyatakan bahwa 30,4% rumah tangga yang ada di Indonesia menggunakan layanan pengobatan tradisional, yang mana 49% diantaranya menggunakan ramuan tradisional dalam menangani permasalahan kesehatan. Selain itu pada Data Riset Kesehatan Dasar Riskesdas tahun 2010 menyebutkan bahwa 60% penduduk Indonesia yang berada di atas usia 15 tahun pernah mengomsumsi produk dari pengobatan tradisional berupa Jamu dan 90%-nya menyatakan merasakan manfaat dari mengomsumsi jamu Aditama, 2014. Selanjutnya menurut survey yang dilakukan oleh National Health Interview Survey NHIS pada 2007 menyatakan bahwa 38% populasi masyarakat Amerika yang tegolong ke dalam usia dewasa mengguanakan Complementer Alternative Medicine CAM sebagai sebuah terapi. WHO mencatat sebanyak 80% penduduk di negara berkembang dan 65% penduduk negara maju telah menggunakan obat tradisional. Tulisan ini akan menggambarkan serta menjelaskan mengenai pengobatan tradisional sebagai sebuah alternatif dalam sistem pengobatan. II. Tujuan Tujuan dari penulisan artikel review ini adalah untuk menggambarkan dan mendeskripsikan bagaimana proses pengobatan tradisional yang berupa obat dari bahan-bahan bersifat alami menjadi sebuah alternatif dalam pengobatan terkait dengan proses penyembuahan seseorang, yang mana di zaman modern saat ini kebanyakan orang pada menggunakan obat sintesis yang mengandung bahan kimia untuk proses penyembuhan. Selanjutnya tulisan ini juga bertujuan untuk menggambarkan dan mendeskripsiskan bagaimana proses pengobatan tradisional yang ada di Indonesia, dimana Indonesia terkenal dengan masyarakat yang teguh dalam melestarikan kebudayaan yang diwarikan oleh nenek moyangnya sehingga meskipun telah masuk proses modernisasi tetapi dalam hal pengobatan beberapa kelompok masyarakat diyakini masih menggunakan tradisi serta adat yang dimilikinya dengan menjadikan pengobatan tradisional sebagai salah satu cara untuk mengatasi permasalahan dalam hal penyembuhan kesehatan. Selain itu tulisan ini juga ingin menjelaskan bagaimana pandangan masyarakat Indonesia dalam melihat pengobatan tradisional yang masih eksis di masyarakat saat ini sebagai salah satu cara dalam mengatasi permasalahan terkait kesehatan. III. Metode Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah mengenai tinjauan literatur atau literature review. Tinjauan literatur dapat dijadikan sebuah metode menurut ParŃ et al 2015 karena tinjauan literatur bertujuan untuk; a. Mengidentifikasi lebih lanjut mengenai subjek atau topik yang ditulis dalam sebuah artikel yang dapat dijelaskan kembali dengan mengembangkan tulisan sesuai dengan pemikiran dari orang yang melakukan tinjauan literatur. b. Mengetahui sejauh mana penulis artikel mencoba untuk menentuka area penelitian yang dilakukannya melalui tren atau pola yang telah ditafsirkan. c. Menggabungkan temuan-temuan empiris yang berdasar pada topik penulisan yang akan ditulis untuk memperkaya hasil temuan baru sehingga hasilnya dapat teruji dengan baik. d. Menghasilkan kerangka pemikiran yang baru dengan berdasar pada penelitian-penelitian pada tulisan yang telah ada. e. Mengidentifikasikan topik maupun pertanyaan yang dikembangkan lagi untuk keperluan penulisan. Selanjutnya tinjauan literatur memiliki dua bentuk utama, yakni - Latar belakang dari sebuah penulisan baik berbentuk jurnal ataupun tesis. Pada bagian ini umumnya mengidentifikasi mengenai perbedaan-perbedaan dari berbagai tulisan yang dapat dijadikan penulisan awal sebuah tinjauan literatur Sylvester et al, 2013. Selain itu pada bagian ini dapat memberikan landasan teori atau konsep yang akan digunakan, memperkuat pertanyaan dalam tulisan, meluruskan mengenai tulisan-tulisan yang ditulis oleh penulis artikel sebagai sebuah penyempurnaan tulisan, dan memvalidasi metode serta pendekatan dari para penulis artikel sebelumnya Hart, 1998; Levy & Ellis, 2006. - Tinjauan literatur itu sendiri yang berfokus pada peninjauan lebih lanjut dari sebuah artikel atau lebih yang ditulis oleh orang lain. Hal ini ditujukan untuk menyediakan sesuatu yang baru dengan berbasiskan tulisan yang sudah ada sebelumnya. Menurut Green et al 2006 menyatakan bahwa tinjauan literatur merupakan tulisan yang memiliki tujuan secara menyeluruh untuk membuktikan tulisan yang ada dengan kondisi yang ada secara nyata di lapangan tanpa harus menggunakan data primer sebagai data acuan utama penulisan. Kemudian terdapat enam langkah umum dalam melakukan tinjauan literatur ParĂŠ et al, 2015 1. Merumuskan pertanyaan penelitan serta tujuan dari penulisan artikel 2. Mencari studi-studi literatur yang sesuai dengan topik yang akan diulas atau dilakukan tinjauan penulisan 3. Menentukan bagian-bagian apa saja yang nantinya akan dimasukkan ke bagian tinjauan literatur 4. Menilai kualitas dari data primer pada artikel-artikel yang akan ditinjau 5. Menyaring data untuk keperluan tinjauan literatur 6. Menganalisis data-data yang telah dimasukkan ke dalam tinjauan literatur Terdapat beberapa jenis dari tinjauan literatur atau literature review menurut ParĂŠ et al 2015 ⢠Narrative Reviews Peninjauan yang dilakukan dengan mencoba untuk meringkas hasil dari tulisan yang sudah ada tanpa mengeneralisasikan artikel-artikel yang telah ditinjau satu sama lainnya sehingga hanya menjelaskan per bagian dari masing-masing artikel Davies, 2000; Green et al, 2006. ⢠Descriptive or Mapping Reviews Menentukan isi dari topik sebuah artikel yang dihubungkan dengan proposisi, teori, metodologi, atau temuan-temuan yang sudah ada sebelumnya King & He, 2005; ParĂŠ et al, 2015. Jenis tinjauan ini dilakukan dengan sistematis yaitu dengan tahapan pencarian, penyaringan, pengelompokkan dari artikel-artikel yang akan ditinjau Petersen et al, 2015. ⢠Scoping Reviews Mengindikasikan pada tahapan awal mengenai sifat literatur yang masih ada mengenai topik yang akan ditinjau lebih lanjut. Tinjauan ini dilakukan dengan tujuan untuk menguji tingkat jangkauan dan sifat dari sebuah penulisan tertentu atau mengidentifikasi perbedaan pemikiran dari masing-masing artikel yang akan ditinjau ParĂŠ et al, 2015. ⢠Forms of Agregative Reviews Melakukan tinjauan secara sistematis dengan cara mencoba untuk mengumpulkan, menilai, lalu mensintesis dalam satu tinjauan terkait dengan bukti-bukti empiris yang telah memenuhi kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya untuk menjawab pertanyaan dari penulisan dan memfokuskan topik penulisan dengan fokus pada artikel-artikel yang sudah ada untuk ditinjau Liberati et al, 2009. ⢠Realist Reviews Tinjauan yang menginterpretasikan hasil dari teori-teori yang telah dikembangkan kembali untuk menginformasikan, meningkatkan, serta melengkapi artikel-artikel sebelumnya dengan memahami hasil data yang terdapat di artikel-artikel yang akan ditinjau sebagai hasil dari tinjauan pada akhirnya Greenhalgh et al, 2011. ⢠Critical Review Memberikan tulisan berupa evaluasi yang bersifat kritis dengan analisis pemikiran yang telah diinterpreasikan dari artikel-artikel yang ditinjau yang berkaitan dengan topik tertentu untuk mengungkapkan terkait kelemahan, kekuatan, kontradiksi, konsistensi dari artikel yang berkaitan dengan hipotesis, metode penelitian, dan hasil dari sebuah artikel Baumeister & Leary, 1997; Kirkevold, 1997. Berdasarkan penjelasan mengenai metode di atas, penulisan literature review ini merupakan literature review yang termasuk ke dalam bagian Descriptive or Mapping Reviews. Hal ini dikarenakan artikel-artikel yang telah dipilih dan ditetapkan sebagai bahan untuk melakukan literature review akan dikelompokkan menjadi sub-kelompok kecil yang akan menjelaskna mengenai topik yang diangkat pada penulisan ini. Dari pengelompokkan yang dilakukan selanjutnya akan dilihat bagaimana keterkaitan antara satu artikel dengan artikel lainnya sehingga dapat menggambarkan dan menjelaskan tinjauan literatur yang dilakukan. Tinjauan yang dilakukan juag melalui tahapan pencarian mencari artikel-artikel yang sesuai dengan topik penulisan, penyaringan artikel yang ada dipilih untuk dilakukan peninjauan literatur lebih lanjut dan pengelompokkan artikel yang telah ditetapkan kemudian dikelompokkan menjadi sub-kelompok kecil sebagai sebuah pembahasan. IV. Hasil Konsep-konsep Kunci Pengobatan Tradisional Pengobatan tradisional adalah pengobatan yang menggunakan bahan-bahan yang bersifat alamiah, salah satunya dengan memanfaatkan tumbuhan yang dapat diolah menjadi obat yang dapat membantu proses penyembuhan terkait permasalahan kesehatan. Pengobatan tradisional dengan menggunakan bahan-bahan alami juga bertujuan dalam bentuk promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif Hidayati & Perwitasari, 2011. Pengobatan tradisional pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan pengobatan konvensional yaitu sama-sama bertujuan untuk mengobati seseorang dengan berbagai cara sesuai dengan karakteristik dari pengobatannya. Oleh karena itu pengobatan tradisional harus sesuai dengan kaidah pelayanan kesehatan yaitu secara medis dapat dipertanggungjawabkan. Untuk itu pengobatan tradisional juga harus melakukan pengujian ilmiah terkait dengan khasiat, keamanan dan standar kualitasnya Hidayati & Perwitasari, 2011. Pengobatan tradisional biasanya merupakan warisan dari leluhur yang tetap dilestarikan sebagai tradisi dari suatu kelompok masyarakat dan hingga saat ini telah terbukti efikasinya secara ilmiah Syukur dan Hernani, 2002. Karena pengobatan tradisional bersifat turun-temurun yang diwariskan oleh leluhur atau nenek moyang, maka masalah yang timbul dari perkembangan zaman adalah proses modernisasi yang dapat mengikis mekanisme pengobatan tradisional, sehingga rawan terjadi kelunturan pada pengetahuan terkait dengan pengobatan modern Windardi et al, 2006. Namun karena pengobatan tradisional dinilai sebagai jalan keluar dari pengobatan konvensional yang dianggap sulit untuk diakses karena kondisi mengenai ekonomi, maka pengobatan tradisional menjadi sebuah alternatif untuk masyarakat kelas mengah bawah untuk dapat mengakses pengobatan terkait masalah kesehatan. Pengobatan tradisional dianggap sebagai pengobatan yang murah dan mudah untuk diakses Triratnawati, 2010 sehingga tetap menjadikan pengobatan tradisional eksis di tengah perkembangan pengobatan konvensional pada zaman modern saat ini Complementary Alternative Medicine CAM Pengobatan tradisional dianggap sebagai alternatif dalam mengakses pengobatan atau disebut sebagai Complementary Alternative Medicine CAM. CAM sendiri merupakan pengobatan dengan sistematika terapi dengan menggunakan bahan-bahan yang besifat alami herbal, selain itu juga mencakup bahan-bahan mineral yang mengandung manfaat yang baik bagi kesehatan dan tubuh. CAM juga dapat berbentuk terapi terkait dengan body and mind medicine, seperti meditasi, yoga, ataupun akupuntur dan manipulative body yang mencakup spinal manipulation serta massage therapy Smith el al, 2004. Berdasarkan hasil dari National Health Interview Survey NHIS pada tahun 2007 menunjukkan bahwa CAM dijadikan sebagai terapi yang dilakukan oleh orang-orang dewasa Amerika dalam mengatasi permasalahan terkait kesehatan sebanyak 38%. Di Indonesia CAM sendiri sudah digunakan lebih dari 40% selama 10 tahun terkahir tercatat dari tahun 2000 yang dijadikan kebijakan lebih lanjut terkait dengan keamanan dan efektivitas pengobatan komplementer alternatif Ditjen Bina Upaya Kesehatan, 2010. CAM diperkirakan dapat menjadi sebuah pilihan untuk mengakses pengobatan terkait kesehatan dan berdampingan dengan pengobatan konvensional modern, selain itu juga dapat menjadi penunjang bagi pengobatan konvensional dalam menangani pengobatan Purnamaswari, 2018. Temuan Pengobatan Tradisional sebagai Pengobatan Alternatif Pengobatan tradisional yang terdiri dari bahan-bahan bersifat alami atau herbal dapat dijadikan sebagai obat untuk mengatasi permasalahan kesehatan. Obat tradisional pada dasarnya memiliki keragaman yang sangat banyak, setiap bahan alami memiliki fungsi dan manfaatnya tersendiri untuk proses pengobatan kesehatan. Dari artikel jurnal yang telah didapatkan oleh penulis, obat tradisional dapat digunakan untuk mengobati penyakit seperti hipertensi, kanker, HIV/AIDS, malaria, ataupun peripheral coldness. Menurut studi dari Purnamaswari 2018 penggunaan obat-obatan tradisional dapat mengatasi permasalahan mengenai hipertensi, dan banyak dari pengidap hipertensi yang menggunakan obat-obatan tradisional dalam mengatasi masalah kesehatannya tersebut. Namun hasil dari penelitiannya menunjukkan bahwa kebanyak orang belum mengetahui zat-zat aktif yang terkandung dalam bahan alami sehingga saat bersamaan mengomsumsi obat dari pengobatan konvensional berujug pada hadirnya efek samping karena dosis pemakaian obat yang salah dan percampuran antara obat tradisional dengan obat sintesis konvensional. Selain itu studi yang relevan antara hubungan pengobatan tradisional dengan hipertensi ada dari Paramita et al 2017 menyatakan bahwa dalam studi penelitiannya orang-orang yang mengidap penyakit hipertensi juga memakai dua jenis obat, yakni obat herbal tradisional dan obat sintesis konvensional, namun hasil studinya menyatakan bahwa orang-orang yang mengomsumsi obat-obatan tradisional ternyata hanya sekitar 15,2% saja yang menggunakan obat tradisional yang sudah lulus uji tahapan BPOM tentang kriteria jamu yang dikomsumsi. Dari dua studi tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat upaya pengomsumsian obat-obatan tradisional untuk membantu menangani permasalahan hipertensi, tetapi selain mengomsumsi obat-obatan tradisional orang-orang yang mengidap hipertensi juga mengomsumsi obat-obatan dari pengobata konvensional namun terdapat masalah yang timbul, yakni belum mengertinya orang-orang terkait dengan kandungan apa saja yang ada dalam obat-obatan tradisional sehingga apabila digabungkan bersama obat-obatan konvensional menghasilkan efek samping yang kurang baik bagi tubuh maupuun kesehatan. Studi selanjutnya dari Radji et al 2010 yang hasil studinya menyatakan bahwa pasien penderita kanker, khususnya kanker serviks yang menjadi fokus studinya, menunjukkan adanya penggunaan obat tradisional yang diselingi dengan obat-obatan dari pengobatan konvensional sebanyak 61,8%. Hasil studinya juga menunjukkan adanya hubungan antara tingkat stadium kanker yang diderita oleh pasien kanker serviks dengan pengomsumsian obat-obatan tradisional. Pasien yang baru pada tahapan awal stadium I mengomsumsi obat-obatan tradisional dengan harapan pencegahan penyakit kanker agar tidak semakin parah. Dari pengomsumsian obat-obatan tradisional dianggap memiliki efek sedikit membantu proses penyembuhan menurut pasien penderita kanker yang mengomsumsi obat-obatan tradisional. Sedangkan menurut Lee et al 2018 menyatakan bahwa pasien penderita kanker dengan permasalahan sulitnya untuk tidur karena kondisi fisik dan psikis yang terguncang akibat mengidap kanker diberikan obat tradisional, Gamiguibi-tang, untuk membantu para pengidap kanker dapat tertidur dengan mudah dan tanpa ganggung. setelah dilakukan uji selama 2 minggu dianggap bahwa obat tradisional dapat membantu sedikit untuk mengatasi permasalahan sulit tidur yang dirasakan oleh para pasien pengidap kanker. Dapat disimpulkan dari kedua studi tersebut bahwasannya obat tradisional dianggap sebagai sebuah pelengkap untuk proses penyembuhan seseorang dari penyakit kanker. Hal ini sesuai dengan hasil temuan studi dari Radji et al 2010 yang menyatakan bahwa obat-obatan tradisional dianggap sebagai proses pencegahan penyakit kanker yang lebih parah, dan dari studi Lee et al 2018 yang menyatakan bahwa obat tradisional dapat membantu proses penanganan kondisi dari pasien pengidap kanker setidaknya dengan memperingan efek sakit yang dihasilkan dari kanker. Selanjutnya studi dari Nishida et al 2015 menyatakan bahwa di Jepang obat tradisional menajadi salah satu pengobatan yang terpercaya untuk menangani sebuah penyakit, khususnya mengenai peripheral coldness yang menjadi fokus pada studi yang dilakukan. Penggunaan obat tradisional, Tokishigyakukagoshuyushokyoto TJ-38 diberikan selama 8 minggu percobaan dan hasilnya menunjukkan hal yang positif, dimana TJ-38 dianggap dapat memperlancar aliran darah para perempuan yang sering menghadapi masalah terkait peripheral coldness dan mengatasi persepsi terkait dingin yang meyerang. Hal ini dapat disimpulkan bahwa obat tradisional dapat mengatasi permasalahan secara efektif dan tidak kalah dengan pengobatan yang dilakukan secara konvensional, terlebih Jepang merupakan salah satu negara yang meyakini bahwa pengobatan tradisional menjadi sebuah pilihan utama dalam pengobatan. Namun terdapat studi yang dianggap kontadiksi dari studi-studi mengenai pengobatan tradisional sebelumnya. Studi yang pertama dari Auberbatch et al 2012 yang menyatakan bahwa penggunaan bahan alami yang salah dapat menimbulkan efek negatif berupa penyakit kronis lainnya. Hasil studi menunjukkan bahwa terdapat kesalahan dalam menggunakan bahan-bahan alami untuk pengobatan tradisional para pengidap HIV/AIDS, dan pada akhirnya menimbulkan penyakit Liver karena penggunaan bahan yang salah. Studi selanjutnya dari Haile et al 2017 menyatakan bahwa penggunaan obat-obat tradisional dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang dimiliki seseorang, kecenderungan orang dengan tingkat pendidikan rendah akan dengan sembarangan mengguanakan obat-obat tradisional tanpa tahu kandung serta efek samping dari pengomsumsian obat tradisional tersebut, dan kebanyakan seseroang mengomsumsi obat tradisional hanya karena saran dari kerabat ataupun teman tanpa menelusurinya lebih lanjut. Dan studi yang terakhir dari Willcox et al 2004 yang menyatakan dalam menangani permasalahan malaria tidak sedikit orang yang menggunakan obat-obatan tradisional, namun mereka yang mengomsumsi obat-obatan tradisional tersebut belum mengetahui keamanan serta kemanjuran dari obat tradisiona; tersebut, tidak adanya dosis yang pasti dalam pengomsumsian obat, dan jenis variasi tanaman obat yang tidak diukur dan dipertimbangkan komposisisnya. Dapat disimpulkan dari studi tersebut bahwa pengobatan tradisional juga dapat membawa dampak yang negatif karena ketidaktahuan seseroang dalam mengomsumsinya sehingga dapat menimbulkan efek yang negatif dan berbahaya. Oleh karena penting untuk mengetahui mengenai khasiat, manfaat, serta efek samping dalam mengomsumsi obat-obatan tradisional. Pengobatan Tradisional di Indonesia Pengobatan tradisional sudah ada di Indonesia sedari lama dan merupakan warisan dari nenek moyang yang terus dijaga dan dilestarikan oleh kelompok-kelompok masyarakat yang ada di Indonesia. Alasan pelestarian tersebut adalah karena merupakan bagian dari adat maupun tradisi yang harus tetap dipertahankan agar tidak hilang begitu saja. Salah satunya adalah mengenai pengobatan dengan menggunakan bahan-bahan alami yang diyakini dapat menyembuhkan sebuah penyakit. Berikut adalah studi-studi yang menggambarkan kondisi pengobatan tradisional yang ada di Indonesia. Studi pertama ada dari Triratnawati 2010 yang menyatakan bahwa pengobatan tradisional di Indonesia menjadi hal yang dipilih oleh masyarakat menengah bawah dengan alasan mudah untuk diakses karena murah, mudah dijangkau karena tidak mengharuskan pergi dari rumah, dan tidak memiliki efek samping yang begitu berbahaya. Perlu adanya kesetaraan antara pengaksesan dalam layanan kesehatan baik secara konvensional maupun tradisional, mengingat masyarakat Indonesia yang beragam dari status ekonomi dan pengetahuan mengenai pengobatan. Dapat disimpulkan bahwa perlu adanya pemerataan dalam sistem pengobatan yang ada di Indonesia, baik dari yang konvensional maupun yang tradisional agar adanya kesetaraan di antara masyarakat dari berbagai kelas. Studi selanjutnya dari Dewoto 2007 yang menyatakan bahwa perlu adanya pengujian secara klinis untuk obat-obatan tradisional agar dapat diketahui bagaimana khasiat, manfaat, maupun efek samping yang dihasilkan. Oleh karenanya hadir fitofarmaka sebagai wujud pengembangan dari obat-obatan tradisional yang ada di Indonesia dan sifatnya sudah lulus ujis secara klinis, namun hal ini masih terbilang minim karena ranah medis masih enggan untuk menjadikan obat-obatan tradisional sebagai fitofarmaka yang dapat dijadikan sebagai pelayanan kesehatan formal. Dapat disimpulkan bahwa perkembangan pengobatan tradisional sudah berkembang dan bertranformasi menjadi fitofarmaka yang dapat menjadi pelayanan kesehatan formal, namun hal ini perlu dukungan dari semua pihak agar dapat terwujud pengembangan pengobatan tradisional. Studi selanjutnya dari Mulyani et al 2016 yang meyatakan bahwa obat-obatan tradisional dapat menyembuhkan berbagai penyakit dalam yang berdasar pada manuskrip jawa Serat Primbon Jampi Jawi Jilid I yang ditelah diterjemahkan sebagai alat untuk melakukan analisis. Dalam manuskirp tersebut tercatat bahan-bahan yang bersifat tradisional dapat menyembuhkan penyakit, khususnya penyakit dalam yang dipercayai oleh orang Jawa karena merupakan produk dari nenek moyang yang ditinggalkan dalam bentuk tulisan. Dapat disimpulkan dari studi tersebut bahwa pengobatan tradisional memang merupakan warisan dari para leluhur atau nenek moyang yang terus dilestarikan secara turun-temurun sebagai bagian dari tradisi maupun adat pada suatu kelompok atau wilayah. Studi selanjutnya dari Ningsi et al 2018 yang menyatakan bahwa Suku Muna di Indonesia masih menjadikan tumbuhan Soliti sebagai sebuah pengobatan tradisional yang membawa banyak manfaat, mulai dari penyembuhan pada penyakit katarak hingga obat bagi perempuan yang habis melahirkan. Tumbuhan Soliti dianggap sebagai pengobatan yang efektif dan manjur karena resiko akan efek samping tebilang kecil, biaya relatif murah, sebagai alternatif pengobatan, dan mudah untuk didapatkan. Selain itu dengan pemanfaatan tumbuhan Soliti sebagai pengobatan tradisional juga dapat mewujudkan kearifan lokal yang ada dengan fungsi sosial-budaya, ekonomi, dan keyakinan masyarakat yang terus terjaga. Dapat disimpulkan bahwa masih terdapat kelompok yang melestarikan dan menjaga adat serta tradisi terkait pengobatan tradisional di Indonesia Berbeda dari studi sebelumnya yang dapat dikatakan melestarikan adat dan tradisi dalam pengobatan tadisional, studi yang terakhir dari Ningsih 2016 menyatakan bahwa masyarakat Suku Tengger yang berada di Kabupaten Lumajang dan Malang telah sedikit melupakan tradisi terkait pengobatan tradisional dengan menggunakan tumbuhan-tumbuhan yang menjadi ciri khas dari Suku Tengger. Hal ini dikarenakan adanya budaya modernisasi yang mulai melunturkan kelestarian dalam pengobatan tradisional, untuk itu perlu ditingkatkan lagi proses pelestarian adat dan tadisi dalam pengobatan tradisional yang khas dari Suku Tengger di kawasan Kabupaten Lumajang dan Malang. Dapat disimpulkan bahwa pengobatan tradisional yang sifatnya turun-temurun dapat hilang apabila tidak dilestarikan karena adanya perubahan zaman, oleh karenanya butuh komitmen kuat untuk dapat mempertahankan adat dan tadisi mengenai pengobatan tradisional yang khas. Persepsi Terhadap Pengobatan Tradisional Pembahasan selajutnya akan membahas mengenai bagaimana pandangan atau persepsi dari masyarakat yang ada di Indonesia terkait dengan pengobatan tradisional yang eksis di Indonesia. Berikut adalah hasil studi yang didapatkan Studi dari Hidayati & Perwitasari 2011 menyatakan bahwa tingkat persepsi masyarakat Indonesia terhadap pengobtan tradisional sudah baik, ditandai dengan percayanya masyarakat dalam pengomsumsian obat-obatan tradisional. Hasil dari studi yang dilakukan menunjukkan bahwa tingkat pendidikan mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap penggunaan pengobatan tradisional. Hal ini dapat didukung dari studi yang dikemukakan oleh Ismarani 2013 yang menyatakan bahwa orang yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan cenderung untuk tidak menggunakan obat-obatan tradisional, namun bukan berarti menutup diri akan mengomsumsi obat tradisional, orang dengan status pendidikan tinggi akan menggunakan obat-obatan tradisional saat sudah terpercaya kekhasiatannya dan menggunakannya saat sedang sakit saja. Dapat disimpulkan bahwa penggunaan obat-obatan tradisional bagi masyarakat Indonesia bukanlah suatu hal yang aneh dan dihindari, namun memang beberapa dapat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang dimiliki oleh seseorang. Seseorang cenderung tidak menggunakan obat-obatan tradisional saat mereka memiliki status pendidikan yang tinggi dan lebih memiliki pergi ke pengobatan konvensional seperti rumah sakit. Namun hal ini tidak menutup kemungkinan untuk mereka dapat mengomsumsi obat-obatan tradisional, mereka yang memiliki status pendidikan tiggi akan mengomsumsi obat tradisional saat mereka sedang sakit. Tetapi secara keseluruhan persepsi masyarakat Indonesia terhadap pengobatan tradisional dinilai cukup baik. V. Kesimpulan Pengobatan tradisional menjadi salah satu alternatif untuk pengobatan kesehatan di Indonesia. Hal ini dikarenakan pengobatan tradisional merupakan warisan dari para leluhur dan nenek moyang yang perlu dijaga dan dilestarikan meskipun adanya pengaruh modernisasi sebagai sebuah perkembangan zaman. Meskipun demikian pengobatan tradisional semakin berkembang dan eksis di masyarakat di seluruh negara, khususnya Indonesia. Pengobatan tradisional menjadi alternatif yang sangat cocok untuk masyarakat kalangan kelas menengah bawah karena mudah untuk diakses murah, mudah untuk dijangkau dekat, dan tidak memiliki efek samping yang begitu besar. Kendati demikian masih terdapat permasalahan terkait dengan pengobatan tradisional yang dianggap sebagi hal yang tidak perlu diketahui lebih dalam bagi beberapa masyarakat yang pada akhirnya dapat menimbulkan efek negatif bagi kehidupan. Kurangnya sosialisasi terkait dengan pengobatan tradisional dalam hal khasiat, manfaat, maupun efek samping dengan pengetahuan masyarakat yang masih terbatas terkait pengobatan tradisional menjadikan timbulnya sebuah permasalahan terkait hal tersebut. Oleh karena itu perlu adanya dukungan dari semua pihak untuk terus dapat mengembangkan pengobatan tradisional yang dapat menjadi sebuah alternatif pilihan pengobatan bagi setiap orang tanpa merendahkan pengobatan secara konvensional. Sehingga antara pengobatan tradisional dengan pengobatan konvensional dapat berjalan beriiringan dan saling melengkapi satu sama lain. REFERENSI Aditama, T. Y. 2014. Jamu dan Kesehatan. Jakarta Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Auerbach, B. J., et al. 2012. Traditional Herbal Medicine Use Associated with Liver Fibrosis in Rural Rakai, Uganda. PLOS ONE. Vol. 07 No. 11. Dewoto, H. R. 2007. Pengembangan Obat Tradisional Indonesia Menjadi Fitofarmaka. Maj Kedokteran Indonesia. Vol. 57. Ersam, T. 2004. Keunggulan Biodiversitas Hutan Tropika Indonesia dalam Merekayasa Model Molekul Alami. Prosiding Seminar Nasional Kimia VI. ITS Surabaya. Green B. N., et al. 2006. Writing Narrative Literature Reviews for Peer-reviewed Journals Secrets of the Trade. Journal of Chiropractic Medicine. Vol. 5 101â117. Greenhalgh T., et al. Protocolârealist and Meta-narrative Evidence Synthesis Evolving Standards Rameses. BMC Medical Research Methodology. 115. Haile, K. T., et al. 2017. Traditional Herbal Medicine Use Among People Living with HIV/AIDS in Gondar, Ethiopia Do Their Health Care Providers Know?. ELSEVIER. Vol. 35 14-19. Hariana, A. 2005. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Seri I. Jakarta Penebar Swadaya. Hidayati, A., Dyah A. P. 2011. Persepsi Pengunjung Apotek Mengenai Penggunaan Obat Bahan Alam sebagai Alternatif Pengobatan di Kelurahan Muja Muju Kecamatan Umbul Harjo Kota Yogyakarta. Kerjasama Fakultas Farmasi dan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan. ISBN 978-979-18458-4-7. Ismarani. 2013. Kajian Persepsi Konsumen Terhadap Penggunaan Obat Herbal Kasus di UNISMA Bekasi. CEFARS Jurnal Agribisnis dan Pengembangan Wilayah. Vol. 04 Kemenkes RI, Ditjen BUK. 2010 Pengobatan Komplementer Tradisional â Alternatif. Diakses melalui 17 Desember 2019. Komalasari, O., dan Jumiarni W. 2017. Eksplorasi Jenis dan Pemanfaatan Tumbuhan Obat Pada Masyarakat Suku Muna di Permukiman Kota Wuna. Traditional Medicine Journal. Vol. 22 45-56. Lee, J. Y., et al. 2017. Efficacy and Safety of The Traditional Herbal Medicine, Gamiguibi-tang, in Patients with Cancer-Related Sleep Disturbance A Prospective, Randomized, Wait-List-Controlled, Pilot Study. Integrative Cancer Therapies. Vol. 17 No. 02 524-530. Liberati A., et al. 2009. Moher D. The Prisma Statement for Reporting Systematic Reviews and Meta-analyses of Studies that Evaluate Health Care Interventions Explanation and Elaboration. Annals of Internal Medicine. Vol. 151 W-65. Mulyani, H., et al. 2016. Tumbuhan Herbal sebagai Jamu Pengobatan Tradisional Terhadap Penyakit Dalam Serat Primbon Jampi Jawi Jilid I. Jurnal Penelitian Humaniora. Vol. 21 No. 02 73-91. Ningsi et al. 2018. Pemanfaatan Tumbuhan Soliti Wrightia Aborea sebagai Pengobatan Herbal Tradisional pada Masyarakat Suku Muna. JPeB. Vol. 03 No. 02 32-40. Ningsih, Indah Y. 2016. Studi Etnofarmasi Penggunaan Tumbuhan Obat oleh Suku Tengger di Kabupaten Lumajang dan Malang, Jawa Timur. PHARMACY. Vol. 13 No. 01. Nishida, S., et al. 2015. Effect of Traditional Herbal Medicine on Peripheral Blood Flow in Women Experiencing Peripheral Coldness A Randomized Controlled Trial. Bio Med Central. Vol. 15 105. Paramita, S., et al. 2017. Pola Penggunaan Obat Bahan Alam sebagai Terapi Komplementer pada Pasien Hipertensi di Puskesmas. Jurnal Sains dan Kesehatan. Vol. 01 No. 07. ParĂŠ G., et al. 2015. Synthesizing Information Systems Knowledge A Typology of Literature Reviews. Information & Management. Vol. 52 183â199. Petersen K., et al. 2015. Guidelines for Conducting Systematic Mapping Studies in Software Engineering An Update. Information and Software Technology. Vol. 64 1â18. Purnamaswari, N. G. A. M. 2018. Kajian Penggunaan Obat Tradisional sebagai Komplementer dalam Mengobati Hipertensi di Universitas Surabaya. Calyptra Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya. Radji, M., et al. 2010. Penggunaan Obat Herbal pada Pasien Kanker Serviks. Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia. Vol. 08 No. 01 33-39. Rosita, R. P. H. 2007. Penggalian IPTEK Etnomedisin di Gunung Gede Pangrango. Bul. Littro. Vol. 18 13-28. Smith V., et al. 2011. Methodology in Conducting a Systematic Review of Systematic Reviews of Healthcare Interventions. BMC Medical Research Methodology. Vol. 11 15. Sylvester A., et al. 2013. Beyond Synthesis Re-presenting Heterogeneous Research Literature. Behaviour & Information Technology. Vol. 32 1199â1215. Syukur, C., dan Hernani. 2002. Budidaya Tanaman Obat Komersial Cetakan 2. Jakarta Penebar Swadaya. Triratnawati, A. 2010. Pengobatan Tradisonal, Upaya Meminimalkan Biaya Kesehatan Masyarakat Desa di Jawa. Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan. Vol. 13 No. 02 69-73. Willcox, M. L., dan Gerard B. 2004. Traditional Herbal Medicine for Malaria. BMJ. Vol. 329. Windardi, Rahayu., dan Rustiami. 2006. Pemanfaatan Tumbuhan sebagai Bahan Obat oleh Masyarakat Lokal Suku Muna di Kecamatan Wakarumba, Kabupaten Muna, Sulawesi Utara. Biodiversitas. Vol. 7 333-339. Copy protected with ResearchGate has not been able to resolve any citations for this merupakan masalah kesehatan utama di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Penggunaan obat tradisional sebagai bagian dari pengobatan hipertensi semakin meningkat dalam dekade terakhir. Hal ini disebabkan adanya beberapa faktor, terutama harga obat tradisional yang dianggap lebih murah dengan efek samping yang dianggap lebih sedikit. Penelitian ini mencoba melihat pola penggunaan obat bahan alam sebagai terapi komplementer pada pasien hipertensi di Puskesmas. Penelitian merupakan studi deskriptif yang dilakukan di Puskesmas Sempaja Kota Samarinda pada periode September 2016, dengan mewawancarai 62 pasien hipertensi terkait penggunaan obat bahan alam. Hasil penelitian menunjukkan 70,9% pasien hipertensi di puskesmas juga menggunakan obat bahan alam. Seluruh pasien menggunakan obat bahan alam yang secara teori memang terbukti menurunkan tekanan darah. Namun demikian tidak ada obat bahan alam yang digunakan termasuk obat herbal terstandar atau fitofarmaka. Hanya 15,2% pasien yang menggunakan obat bahan alam yang sesuai dengan peraturan BPOM tentang kriteria jamu. Kesimpulan penelitian ini menunjukkan masih perlunya edukasi penggunaan obat bahan alam di masyarakat untuk penatalaksanaan hipertensi. Jee Young LeeHye Kyung OhHan Sung RyuSeong Woo YoonBackground Sleep disturbance is the second most bothersome symptom in patients with cancer, and it can significantly impair their quality of life. The aim of this study was to investigate the efficacy and safety of the traditional herbal medicine Gamiguibi-tang GGBT in patients with cancer-related sleep disturbance. Methods We conducted a prospective, randomized, wait-list-controlled, open-label pilot clinical trial on cancer-related sleep disturbance. Patients with cancer experiencing poor sleep quality with a Pittsburgh Sleep Quality Index of at least 6 were randomly assigned to the GGBT and wait-list groups to receive GGBT and conventional care, respectively, for 2 weeks. The primary endpoint was the Insomnia Severity Index ISI score. Fatigue, depression, and cognitive impairment were assessed as the secondary endpoints by using the Brief Fatigue Inventory BFI, Beck Depression Inventory BDI, and Montreal Cognitive Assessment MoCA. Results Thirty participants who met the eligibility criteria were enrolled. Sleep disturbance assessed using the ISI improved significantly more in the GGBT group than in the wait-list group Âą vs Âą P 50% were 32% and 0%, respectively p = Mean values of percent recovery of skin temperature did not differ between the two groups. The present clinical trial supports that a traditional herbal medicine relieves peripheral coldness in women probably through the improvement of peripheral blood medicines have widely been used to treat many type of diseases despite the advance of standard or conventional therapy. In fact, many people in Indonesia use medicinal plant as their customary part of life. Therefore, it is necessary to further explore the use of herbal medicines through modern perception. In this study we would like to know the frequency and species of herbal medicines used among cervical cancer patients in National Cancer Hospital Dharmais, Jakarta, Indonesia and also to assess the relationship between age, education, jobs, stage of cancer, and payment status of the patients. The results were 61,8% patients used herbal medicines. The herbal medicines used most were mahkota dewa Phaleria macrocarpa Scheef. Boer!. temu putih Curcuma zedoaria Rose. and buah merah Pandanus conoideus Lam 17,6%. There was a significant relationship p=O,039between the use of herbal medicines and stage of cancer but no relationship between age, education, occupation, income and payment status with the use of herbal MulyaniSri Harti Widyastuti Venny EkowatiPenelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis tumbuhan herbal yang dimanfaatkan sebagai pengobatan tradisional terhadap penyakit dalam manuskrip Jawa, yakni Serat Primbon Jampi Jawi Jilid I SPJJ I koleksi Reksapustaka Mangkunegaran Surakarta. Metode yang digunakan adalah deskriptif-analitis dengan pendekatan ilologi modern. Pendekatan ilologi modern digunakan untuk membedah manuskrip SPJJ I. Deskripsi dilakukan untuk tumbuhan herbal yang bermanfaat sebagai pengobatan tradisional terhadap penyakit dan analisis kandungan beserta khasiatnya. Hasil penelitian dan pembahasan menunjukkan bahwa tumbuhan herbal yang ditemukan terdiri atas akar, rimpang, umbi, kulit kayu, batang, daun, bunga, buah, dan biji. Di samping itu, juga ditemukan bahan-bahan jamu sebagai pelengkapnya, yaitu, garam, inggu, tembakau sata awon, air jeruk nipis, air jeruk purut, air perasan daun iler, air susu ibu, air tawar dingin, panas, dan cuka. Cara pengolahan bahan racikan jamu, yaitu dibakar, digigit-gigit, digoreng, dihaluskan dipipis, didheplok, digerus, dijemur, dikukus, direbus, dan direndam. Adapun cara pemberian jamu, yaitu di-borèh-kan, di-cekok-kan, diminumkan, di-param-kan, di-pupuk-kan, dan di-tapel-kanBackground People living with HIV/AIDS PLWHA are increasingly using herbal remedies due to the chronic nature of the disease, the complexities of treatment modalities and the difficulty in adhering to the therapeutic regimens. Yet, research on herbal medicine use in this patient population is scarce in Ethiopia. The present study aimed at investigating the prevalence and factors associated with the use of traditional herbal medicine among PLWHA in Gondar, Ethiopia. Methods A cross sectional survey was conducted on 360 PLWHA attending the outpatient clinic of University of Gondar referral and teaching hospital from September 1 to 30, 2016. A questionnaire about the socio-demographic, disease characteristics as well as traditional herbal medicine use was filled by the respondents. Descriptive statistics, univariate and multivariate logistic regression analyses were performed to determine prevalence and correlates of herbal medicine use. Results Out of 360 respondents, 255 used traditional herbal medicine. The most common herbal preparations used by PLWHA were Ginger Zingiber officinale 47%, Garlic Allium sativum L. and Moringa Moringa stenopetala Majority of herbal medicine users rarely disclose their use of herbal medicines to their health care providers Only lower educational status was found to be strong predictors of herbal medicine use in the multivariate logistic regression. Conclusions The use of herbal medicine among PLWHA is a routine practice and associated with a lower educational status. Patients also rarely disclose their use of herbal medicines to their health care providers. From the stand point of high prevalence and low disclosure rate, health care providers should often consult patients regarding herbal medicine Systematic mapping studies are used to structure a research area, while systematic reviews are focused on gathering and synthesizing evidence. The most recent guidelines for systematic mapping are from 2008. Since that time, many suggestions have been made of how to improve systematic literature reviews SLRs. There is a need to evaluate how researchers conduct the process of systematic mapping and identify how the guidelines should be updated based on the lessons learned from the existing systematic maps and SLR guidelines. Objective To identify how the systematic mapping process is conducted including search, study selection, analysis and presentation of data, etc.; to identify improvement potentials in conducting the systematic mapping process and updating the guidelines accordingly. Method We conducted a systematic mapping study of systematic maps, considering some practices of systematic review guidelines as well in particular in relation to defining the search and to conduct a quality assessment. Results In a large number of studies multiple guidelines are used and combined, which leads to different ways in conducting mapping studies. The reason for combining guidelines was that they differed in the recommendations given. Conclusion The most frequently followed guidelines are not sufficient alone. Hence, there was a need to provide an update of how to conduct systematic mapping studies. New guidelines have been proposed consolidating existing article examines the nature, role and function of the literature review in academic discourse. Researchers in information systems IS are often advised to espouse a neutral viewpoint and adapt the goal of synthesising previous literature when conducting a literature review. However, since research literature in many areas of IS is diverse and heterogeneous, this synthesis is not value neutral, but is a construction of the researchers. We suggest that other goals and viewpoints for reviewing and presenting previous literature are possible, and in some cases, desirable. Using the example of service quality literature, we use a lens of historical discourse, and techniques of soft systems analysis and rich pictures, to present previous research literature on ServQual-related research in IS and electronic commerce. We identify seven storiesâ from service quality research literature and analyse the clients, actors, transformations, world-view weltanschauung, owners and environment in each story. We conclude that alternative presentations of research literature can offer fresh insights, especially in areas where the research literature is diffuse, contradictory and heterogeneous.BuahMahkota Dewa. Di dalam Mahkota dewa, terdapat banyak kandungan zat seperti tanin, flavonoid, fenol, lignan, minyak atsiri, dan lainnya yang sangat bermanfaat untuk menyembuhkan aneka jenis penyakit, termasuk hepatitis. Sumber Gambar â Hariadhi. Caranya, ambil buah Mahkota dewa yang sudah matang. Kemudian, cuci bersih dan keringkan.
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Akhir-akhir ini, semakin banyak iklan yang menyeruakan tentang pengobatan alternatif dengan metode tradisional yang berasal dari negeri China. Memang, tidak salah pepatah yang mengatakan âTuntutlah ilmu sampai ke negeri Chinaâ, karena terdapat banyak ilmu di sana, khususnya ilmu tentang pengobatan alternatif yang menggunakan bahan-bahan China memang terkenal dengan ramuan obat-obatan herbalnya, orang yang mengobati dengan ramuan herbal ini biasanya disebut dengan Shinsei. Tempat praktek Shinsei pun mencapai berbagai daerah dan selalu ramai di kunjungi, baik oleh etnis China itu sendiri maupun etnis lainnya. Berbagai macam penyakit katanya bisa disembuhkan dengan ramuan herbal mereka, dan sedikit banyak juga telah banyak orang yang membuktikan khasiat pengobatan herbal sendiri telah menjalani pengobatan tradisional China yang menggunakan obat-obatan herbal, meskipun belum sembuh total tetapi efek yang dihasilkan dari obat-obatan herbal itu sangat mencengangkan. Banyak perubahan yang telah saya rasakan hanya dalam tempo 7 umumnya, rasa obat-obatan herbal ala Shinsei ini memang pahit dan terdiri dari banyak ragam. Ada yang telah diolah menjadi bentuk serbuk, pil, kapsul, cairan, dan ada juga yang masih dalam bentuk rempah-rempah untuk direbus tradisional Shinsei ini ternyata tidak murah, saya dan keluarga sempat kaget mendengar total pengobatan untuk membeli obat-obatan herbalnya untuk durasi sekitar 3 atau 7 hari, bisa mencapai angka 10 juta! Angka yang sangat fantastis untuk pengobatan alternatif. Alasan mengapa pengobatan ini sangat mahal karena rempah-rempah herbal yang digunakan sebagai obat-obatan di import langsung dari China, bahkan Shinsei yang mengecek kesehatan para pasien juga didatangkan dari China sehingga harus menggunakan baru sadar kalau ternyata kesehatan itu sangat mahal sekali harganya. Harga yang tinggi tersebut bisa dikatakan bersaing ketat dengan harga pengobatan medis, meskipun metode yang digunakan sangat saya telah membuktikan khasiat obat-obatan herbalnya, tetapi masih ada rasa yang mengganjal di hati saya. Mengapa pengobatan China bisa mengalahkan pengobatan tradisional asli Indonesia? Bukankah, negeri ini juga kaya akan rempah-rempah yang berkhasiat? Bukankah, banyak pengobatan alternatif ala Indonesia yang juga menggunakan rempah-rempah sebagai obat-obatannya?Bila saya tilik secara pribadi, ada beberapa hal yang tidak atau belum maksimal dilakukan oleh orang pribumi Indonesia. Mulai dari sisi marketing, sistem, kualitas dan branding. Kita sering mendengar iklan-iklan tentang pengobatan alternatif baik di televisi, radio, media cetak maupun di media internet, intinya selalu sama, bisa mengobati berbagai macam penyakit yang disertai dengan jaminan dan beberapa komentar dari pasien yang telah sembuh. Bila pengobatan alternatif China mulai menggunakan media televisi, ternyata pengobatan alternatif kita masih menyukai menggunakan media cetak di surat kabar dan selebaran-selebaran dan sesekali menggunakan media radio. Memang, untuk beriklan di televisi berarti harus mengeluarkan budget yang tidak sedikit, tetapi televisi adalah media promosi yang sangat efektif. Kalau hanya memikirkan keuntungan tanpa harus melakukan promosi seperti itu mungkin akan semakin sulit yang digunakan juga jauh berbeda, dari pengalaman saya, pengobatan alternatif dari orang pribumi terkesan asal dan tidak menggunakan sistem sama sekali. Siapa yang cepat datang yang duluan tiba maka dialah yang didaulat sebagai pasien nomor satu, meskipun ada juga yang menerapkan sistem cabut nomor. Sosok resepsionis sangat jarang dijumpai, padahal resepsionis adalah bagian dari sistem. Pembukuan juga sepertinya jarang dimiliki, padahal ini adalah sosok paling penting dari sebuah sistem. Yang ada hanyalah, bila pasien datang untuk berobat dan membayar uang jasa, maka uangnya langsung masuk ke menjadi rahasia umum, bila suatu produk mulai naik daun dan dikenal banyak orang, maka lambat laun kualitasnya akan berkurang meskipun harganya semakin meroket, suatu keseimbangan yang jomplang. Walaupun tidak semuanya seperti itu, masih ada balai pengobatan alternatif yang masih mempertahankan kualitas kepada semua juga merupakan faktor paling penting yang tidak atau belum dimiliki oleh balai pengobatan alternatif pribumi. Branding yang mereka miliki hanyalah dari mulut ke mulut, belum menjadi hak paten. Balai pengobatan alternatif China bahkan telah memiliki logo dan brandingnya masing-masing, sehingga semakin menaikkan ânamaâ pengobatan mereka di kalangan mungkin masih banyak faktor lainnya yang menyebabkan mengapa pengobatan alternatif kita kalah saing dengan pengobatan alternatif dari negeri tirai bambu tersebut. Saya sendiri bukan ingin terlalu membandingkan, namun, saya justru ingin melihat pengobatan tradisional kita ini ikutan bersaing dan menjadi competitor yang terjamin mutu dan khasiatnya. Seperti halnya dunia perfilm-an anak bangsa yang mulai unjuk gigi, maka, apapun yang berbau Indonesia harus ikut unjuk gigi dari itu semua, saya menyadari dan sangat menyadari apa makna dari sebuah kutipan yang berbunyi â Bila sakit datang, baru terasa betapa mahalnya harga kesehatanâ. Lebih baik mencegah daripada mengobati. Meski apapun metode pengobatan yang kita pilih, meski kepada siapa kita berobat, meski harus mengeluarkan budget berapa pun, intinya tetap satu yaitu kesembuhan. Kesembuhan itu sendiri adalah karunia dan berkah dari Tuhan YME, pengobatan dengan segala bentuknya hanyalah mediasi untuk kesembuhan kita. Semoga pengobatan tradisional asli Indonesia bisa bangkit dan bersaing dengan pengobatan lainnya, dan semoga siapapun yang berusaha mencari kesembuhan bisa mendapatkan kesempatan tersebut, Lihat Sosbud Selengkapnya CaraMengobati Penyakit Wasir Secara Tradisional-Apakah yang pernah mengalami wasir? Wasir adalah pembengkakan yang terjadi di dalam atau sekitar bokong. Pembengkakan pada wasir berisi pembuluh darah yang membesar. Hampir semua orang yang terkena